Uji Coba Publik MRT Jakarta
Mengagumkan! Itu mungkin kata yang tepat untuk menggambarkan stasiun dan MRT Jakarta. Setelah kurang lebih enam tahun warga Jakarta menikmati macetnya Thamrin, Sudirman, Blok M dan Fatmawati, akhirnya MRT jadi juga.
Di Stasiun
Sabtu pagi, kami turun di halte Transjakarta GBK -setelah sebelumnya tertahan 15 menit lebih karena konvoi motor- jalan sedikit ke arah GBK untuk mencapai pintu masuk Stasiun MRT Istora. Di pintu stasiun disambut satpam yang menyapa sopan yang menanyakan tiket dan KTP. Untuk bisa ikut mencoba MRT sebelum diresmikan ini, kita harus daftar dulu online, kemudian tinggal tunjukkan tiket dan KTP dengan nama yang sesuai dengan yang didaftarkan.
Dari pintu masuk turun ke lantai concourse/komersil. Stasiun lantai concourse ini akan diisi toko dan tempat makan. Sudah kelihatan bakal ada toko pretzel kenamaan dan supermarket. Untuk bisa turun ke lantai peron penumpang kita harus tap kartu tiket dulu, karena masih uji coba, maka pintu-pintunya belum nyala.
Di Stasiun ini ada dua jalur, pertama ke Bundaran HI dan kedua ke Lebak Bulus. Pagi itu kami mau coba ke Lebak Bulus dulu. Berdasarkan informasi dari twitternya MRT Jakarta, kereta muncul tiap 10 menit sekali. Untuk mengantre pastikan antre di jalur yang benar. Jalur yang dicat kuning adalah tempat dan batas antrean, sedangkan segitiga hijau adalah jalur keluar penumpang. JANGAN antre di bagian hijau ya.
Untuk stasiun yang layang juga jangan nunggu terlalu dekat gerbang, bahaya nanti kesamber kereta.
Di Dalam Ratangga (Kereta)
Kereta MRT Jakarta dinamakan Ratanga. Ratangga adalah…
“Diambil dari Kitab Arjuna Wijaya dan Kitab Sutasoma karangan Empu Tantular yang kira-kira berarti kereta kuda yang kuat dan dinamis,” – Ratangga, Nama Baru Kereta MRT Jakarta…
Karena kereta masih baru jadi masih bersih sekali, kursinya warna biru. Area untuk prioritas dan difabel ada di sisi kanan pada kereta arah Lebak Bulus.
Panduan jika terjadi kejadian darurat ada di dekat pintu. Yaitu cara menggunakan interkom dan cara mengaktifkan pintu darurat. Saat kita naik di setiap gerbong ada satpam yang berjaga di perbatasan gerbong. Pintu gerbong juga ditutup, kurang tahu juga apakah nantinya pintu antar gerbong ini akan dibuka atau nggak.
Untuk stiker larangan-larangan di dalam kereta tidak ada (atau gue gak lihat kali ya) tapi pada transportasi umum yang berpendingin udara, selayaknya tidak makan, minum dan merokok.`
Perjalanan dari Istora ke Lebak Bulus berjalan lancar, tidak terasa goncangan. Mirip seperti naik kereta ke luar kota minus goncangannya.
Untuk kembali ke arah Bundaran HI dari stasiun Lebak Bulus, kami harus turun kereta, turun ke lantai concorse dulu untuk berpindah ke peron sebelahnya. Tenang ada escalator atau Lift untuk para lansia dan difabel. Perjalanan dari Lebak Bulus ke Bundaran HI ditempuh hanya dalam waktu 26 menit saja! Luar biasa. Sedangkan untuk keretanya akan hadir setiap 10 menit. Keren kan?
Fasilitas
Di stasiun yang sudah gue coba adalah toilet. Berhubung itu masih minggu awal uji coba jadi masih bersih, tissue masih tersedia. Hari Minggu nya gue masuk toilet lagi, lantainya becek gak keruan. Ini sih para penggunanya aja yang gak bisa menjaga kebersihan masing-masing. Kasihan loh mbak penjaga toilet kalo musti beresin kejorokan kamu juga.
Di sebelah toilet ada juga ruang nursering dan mushola. Di mushola disediakan beberapa sendal jepit -entah masih ada apa nggak sendal-sendal itu.